Kehidupan pemikiran periode al-Ghazali dipenuhi dengan munculnya berbagai aliran
keagamaan dan trend-trend pemikiran, disamping munculnya beberapa tokoh pemikir
besar sebelum al-Ghazali . Di antaranya Abu ‘Abdillah al-Baghdadi (w. 413 H.)
tokoh Syi’ah, al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar (w. 415 H.) tokoh Mu’tazilah, Abu ‘Ali
Ibn Sina (w. 428 H.) tokoh Filsafat, Ibn al-Haitam (w. 430 H.) ahli Matematika
dan Fisika, Ibn Hazm (w. 444 H.) tokoh salafisme di Spanyol, al-Isfara’ini (w.
418 H.) dan al-Juwaini (w. 478 H.). Keduanya tokoh Asy’arisme, dan Hasan
as-Sabbah (w. 485 H.) tokoh Batiniyah.
Al-Ghazali
menggolongkan berbagai pemikiran pada masanya menjadi empat aliran populer, yaitu Mutakallimun, para filosof, al-Ta’lim dan para sufi.[1]
Dua aliran yang pertama adalah mencari kebenaran berdasarkan akal walaupun
terdapat perbedaan yang besar dalam prinsip penggunaan akal antara keduanya.
Golongan yang ketiga menekankan otoritas imam dan yang terakhir menggunakan al-dzauq (intuisi).
Dengan latar belakang tersebut al-Ghazali yang semula memiliki kecenderungan rasional
yang sangat tinggi – Bisa dilihat dari karya-karyanya sebelum penyerangannya
terhadap Filsafat – mengalami keraguan (syak). Keraguan ini berpangkal dari
adanya kesenjangan antara persepsi ideal dalam pandangannya dengan kenyataan
yang sesungguhnya. Menurut persepsi idealnya, kebenaran itu adalah satu sumber
berasal dari al- Fithrah al- Ashliyat. Sebab
menurut Hadits nabi “ Setiap anak dilahirkan atas dasar fithrahnya, yang
membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi adalah kedua orangtuanya.[2]
Oleh karenanya ia mencari hakekat al-
Fithrah al- Ashliyat yang menyebabkan keraguan karena datangnya pengetahuan
dari luar dirinya. Dari sinilah al-Ghazali
menyimpulkan bahwa ia harus mulai dari hakekat pengetahuan yang diyakini
kebenarannya.
Bertolak dari pengetahuan yang selama ini ia
kuasai, al-Ghazali menduga bahwa
kebenaran hakikat diperoleh dari yang
tergolong al-hisriyat
(inderawi) dan al-dharuriyat (yang bersifat
apriori dan aksiomatis).[3]
Sebab kedua pengetahuan ini bukan berasal dari orang lain tetapi dari dalam
dirinya. Ketika ia mengujinya kemudian berkesimpulan kemampuan inderawi tidak
lepas dari kemungkinan bersalah. Kepercayaan al-Ghazali terhadap akal juga goncang karena tidak tahu
apa yang menjadi dasar kepercayaan pada akal.
Seperti pengetahuan aksiomatis yang bersifat apriori, artinya ketika
akal harus membuktikan sumber pengetahuan yang lebih tinggi dari akal ia hanya
dapat menggunakan kesimpulan hipotesis (Fardhi) saja, dan tidak sanggup membuktikan
pengetahuan secara faktual.
Al-Ghazali
kemudian menduga adanya pengetahuan supra rasional. Kemungkinan tersebut
kemudian diperkuat adanya pengakuan para sufi, bahwa pada situasi-situasi
tertentu (akhwal ) mereka melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan ukuran akal
dan adanya hadis yang menyatakan bahwa manusia sadar (intabahu) dari tidurnya
sesudah mati.[4]
Al-Ghazali menyimpulkan ada situasi
normal dimana kesadaran manusia lebih tajam. Akhirnya pengembaraan intelektual
al-Ghazali berakhir pada wilayah tasawuf
dimana ia meyakini al- dzauq (intuisi)
lebih tinggi dan lebih dipercaya dari akal untuk menangkap pengetahuan yang
betul-betul diyakini kebenarannya. Pengetahuan ini diperoleh melalui nur yang
dilimpahkan Tuhan kedalam hati manusia.[5]
Namun demikian pandangan al-Ghazali yang bernuansa moral juga tidak terlepas dari
filsafat. Pandangannya tentang moral sangat erat kaitannya dengan pandangannya
tentang manusia. Dalam karya-karya filsafat, al-Ghazali banyak dipengaruhi oleh
filosof muslim sebelumnya, terutama Ibnu
Sina, al-Farabi dan Ibnu Maskawaih. Definisi jiwa (al-nafs) yang ditulisnya dalam kitab Maarijal Quds dan pembagiannya dalam jiwa vegetatif, jiwa sensitif, dan jiwa
manusia hampir tidak berbeda dengan yang ditulis Ibnu Sina dalam bukunya Al
Najal.[6]
Kesimpulan ini didukung oleh pernyataannya sendiri dalam kitab Tahafut al- Falasifat bahwa
yang dipercaya dalam menukil dan mentashkik filsafat Yunani adalah al-Farabi
dan Ibnu Sina.
If you're trying to lose weight then you need to start using this totally brand new tailor-made keto meal plan.
BalasHapusTo create this keto diet service, certified nutritionists, personal trainers, and cooks joined together to develop keto meal plans that are efficient, convenient, money-efficient, and delightful.
Since their launch in January 2019, thousands of people have already transformed their body and health with the benefits a certified keto meal plan can provide.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-proven ones offered by the keto meal plan.