Manusia
dan Tugas-Tugas Kekhalifahannya
Manusia diciptakan dengan dua fungsi, yang
keduanya harus dapat terlaksana dengan baik, tanpa ada salah satu yang
terlupakan. Fungsi pertama adalah sebagai ‘abdullah (sebagai hamba
Allah), dan fungsi yang kedua adalah sebagai Khalifah fi al-ard. Sebagai
hamba Allah maka ia harus selalu patuh dan taat atas segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan sebagai khalifah, dia harus berusaha
untuk mengolah dan membudidayakan bumi ini untuk kesejahteraan umat dan
memelihara serta menjaga kelestariannya.
Allah SWT berfirman:
وهوالذى جعلكم خلآئف الارض
(الأنعم:165)
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi”.[1]
Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah
fi al-ard, maka ia harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan tugasnya
itu. Untuk itulah manusia diciptakan dilengkapi dengan akal dan kemampuan untuk
berfikir, dengan demikian ia dapat menjadi wakil Allah di muka bumi, dengan
bekal akal yang dapat di gunakan untuk mengetahui bentuk dan sifat berbagai
ciptaan Allah di muka bumi.
Sebagai seorang hamba, manusia harus
melaksanakan tugas penghambaan diri kepada Allah SWT, dalam keadaan bagaimanapun
dan di manapun. Ia harus senantiasa beribadah kepada Allah dengan penuh
keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah. Ia harus selalu menyembah
Allah dan berbakti kepada-Nya, sebagai wujud syukur kepada-Nya atas nikmat yang
telah diberikan.
Di dalam Al-Qur’an S. Ad-Dzariat ayat 56
disebutkan “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah Ku”.[2]
Ayat ini menjelaskan mengenai tujuan utama diciptakannya jin dan manusia, yaitu
untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT sebagai Khalik. Tujuan
tersebut juga mengandung arti bahwa manusia harus senantiasa taat dan patuh
kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Ini merupakan
tugas manusia sebagai seorang hamba.
Kemudian dalam penciptaan manusia sebagai
makhluk yang sempurna yaitu dengan dikaruniai akal dan kecerdasan, itu
berkaitan dengan fungsi manusia yang kedua yaitu sebagai khalifah di muka bumi.
Sebagai khalifah di muka bumi berarti sebagai wakil Allah di bumi. Allah yang
telah menciptakan bumi dan segala isinya, maka sebagai wakil Allah tugas
manuisalah untuk menjaganya.
Sebagai khalifah manusia diperintahkan untuk
menjaga kelestarian dan bukan melakukan kerusakan di muka bumi. Pengangkatan
manusia sebagai khalifah ini difirmankan Allah dalam al-Qur’an S. Al-Baqarah
ayat 30.
واذ قال ربك للملئكة انى جاعل فى الارض
خليفة قالوا اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ج و نحن نسبح بحمدك و نقدسلك قلى قال انى اعلم ما لا تعلمون
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:”
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka
berkata:” mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engaku dan mensucikan Engkau?” Tuhaan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.[3]
Khalifah dalam ayat di atas dapat di artikan
sebagai penguasa, artinya Allah menjadikan manusia sebagai penguasa di bumi.
Penguasa dalam hal ini adalah mereka yang berhak memanfaatkan dan membuat
tatanan kehidupan di muka bumi dan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan
kelestarian alam semesta.
Manusia diciptakan sebagai khalifah adalah
sebagai wakil Allah di muka bumi, Allah yang telah menciptakan alam semesta ini
dengan segala isinya dan manusia sebagai khalifah bertugas untuk melestarikan
dan menjaganya dari kerusakan. Manusia berhak untuk menggali manfaat yang
terkandung di alam ini dan menggunakannya untuk kesejahteraan penghuni alam
semesta ini.
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di
muka bumi berarti memberi peluang kepada manusia untuk dapat mensyukuri segala
nikmat dan karunia-Nya. Bersyukur kepada Allah atas karunia yang telah
diberikan berupa alam dan segala isinya ini, yaitu dengan cara memelihara
lingkungan hidupnya agar bumi menjadi tempat yang patut, layak dan menyenangkan
bagi kehidupan semua makhluk ciptaan-Nya.
Sebagai seorang khalifah manusia bertanggung
jawab penuh atas kesejahteraan dan kemaslahatan makhluk-makhluk Allah yang lain
di bumi, baik yang bernyawa maupun tidak. Dengan demikian manusia memerlukan
ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai karakteristik alam yang menjadi
tanggung jawabnya tersebut.
Sebagai penguasa yang mewakili Allah di muka
bumi, manusia bertanggung jawab atas kelestarian alam semesta ini. Seorang
khalifah haruslah dapat besikap arif dan bijaksana terhadap apa yang menjadi
hak dan tanggung jawabnya. Dia tidak boleh berbuat semaunya atau semena-mena
terhadap alam semesta ini. Jika dia berbuat semena-mena maka dia termasuk
seorang penguasa yang zalim, dan Allah sangat membenci seorang yang berbuat
zalim.
Untuk dapat menjalankan tugas kekhalifahannya
dengan baik, manusia memerlukan ilmu pengetahuan alam untuk memanfaatkan alam
dan menjaga kelestarianya. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
alam yang sangat penting untuk dipelajari, karena mengkaji gejala-gejala alam
dan karakteristik benda-benda alam.
Penguasaan terhadap Fisika menjadi sangat
penting ketika manusia akan menjalankan tugas kekhalifahannya di muka bumi.
Karena sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa manusialah yang bertanggung
jawab atas kemaslahatan dan kelestarian alam ini. Untuk itu manusia harus
benar-benar mamahami karakteristik alam yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi yang
membantu penemuan, perkembangan dan pemeliharaan baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam,[4]
merupakan alat bagi manusia untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya.
Pengembangan iptek adalah satu contoh dari
kesempurnaan makhluk Tuhan yang bernama manusia.[5]
Dengan menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan kepadanya, menyebabkan
manusia mampu untuk mengembangkan iptek. Dengan demikian manusia dapat
menjalankan fungsi kekhalifahannya di muka bumi secara produktif dan matang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar