Petunjuk Al-Qur’an Tentang Fisika
Kitab suci al-Qur’an kemudian dalam berbagai
tahapan dari wahyu menguraikan tentang makna ilmu dan pendidikan, yang
pada garis besarnya mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan alam semesta,
benda, energi, sistem-sistem, dan kehidupan.[1]
Unsur pertama dalam kegiatan Fisika yang penting adalah observasi atau
pengamatan terhadap bagian alam yang ingin kita ketahui sifat dan kelakuannya
pada kondisi tertentu.[2]
Telah
ditegaskan di dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 101, bahwa manusia diperintahkan
untuk memeriksa apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Bagi umat
Islam ayat tersebut merupakan cambuk yang sangat kuat untuk segera mengadakan
pengamatan, penelitian dan analisis terhadap gejala-gejala alam dan segala
sesuatu yang ada di sekitar lingkungan hidupnya.
Setelah pengamatan unsur penting yang kedua
dalam pengembangan Fisika adalah pengukuran; kuantifikasi dilakukan semaksimal
mungkin sebab segala sesuatu akan menjadi kabur dalam Fisika apabila hanya
dinyatakan secara kualitatif saja.[3]
Misalnya saja dalam kehidupan sehari-hari sebagian orang biasa menyatakan; mobil
itu melaju sangat cepat, pernyataan tersebut belum merupakan pernyataan
Fisika, karena pernyataan tersebut merupakan pernyataan kualitatif yang masih
belum dapat diketahui dengan jelas secara kuantitatif, berapakah kecepatan
mobil tersebut. Pernyataan tersebut akan dapat disebut sebagai pernyataan
Fisika jika diganti dengan; mobil itu melaju dengan kecepatan 100 Km per jam.
Di dalam Al-Qur’an juga telah dijelaskan bahwa segala diciptakan dengan ukuran
tertentu. Surat al-Qamar ayat 49:
انا
كل شيء خلقنه
بقدر
Artinya: Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.[4](QS.Al-Qamar:49)
Ayat tersebut melukiskan keteraturan penciptaan
segala sesuatu yaitu dengan ketentuan yang berupa ukuran. Dalam suatu riwayat
disebutkan bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan bantahan kaum musyrikin
quraisy terhadap penjelasan Rasulullah tentang taqdir.[5]
Pada dasarnya ayat tersebutlah yang mendasari
perlakuan para ahli fisika dalam menangani proses-proses alamiah. Mereka selalu
mengadakan pengukuran terhadap besaran-besaran fisis yang hendak mereka teliti.
Kemudian keterkaitan satu besaran dengan besaran yang lain dihubungkan dan
dirumuskan dalam rumusan matematis.
Unsur
penting yang ketiga dalam pengembangan Fisika adalah analisis terhadap data
yang telah terkumpul dari berbagai pengukuran atas besaran-besaran fisis yang
terlibat, yang dilakukan melalui proses pemikiran yang kritis. Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi hasil-hasilnya dengan penalaran yang sehat untuk
mencapai kesimpulan yang rasional.[6]
Kesimpulan rasional inilah yang kemudian diterbitkan menjadi teori atau hasil
ilmiah yang dapat dikaji lagi, disanggah atau didukung oleh fisikawan lain.
Namun dalam memberikan sanggahan (apabila disanggah), harus dengan argumen yang
rasional pula yang dibuktikan dengan hasil eksperimen.
Konsensus yang tercapai mengenai masalah itulah
yang merupakan materi ilmu yang dikandung Fisika. hasil dari langkah-langkah
ilmiah yang telah menghasilkan sebuah kesimpulan ilmiah tersebut kemudian
dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi yang akan dapat di manfaatkan untuk
menggali manfaat alam dan menjaga kelestariannya.
Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya telah memberikan
petunjuk kepada manusia hal-hal yang berkaitan dengan alam fisik yang merupakan
obyek dalam penelitian-penelitian para fisikawan. Penelitian yang dilakukan
oleh para fisikawan tersebut merupakan bentuk penafsiaran terhadap ayat-ayat
tersebut secara praktis.
Beberapa
ayat al-Qur’an yang merupakan rujukan beberapa materi Fisika antara lain
adalah:
a. Tata Surya
dan kesetimbangan benda Langit
1). Tata
surya
Banyak ayat di dalam al-Qur’an yang memberikan
petunjuk bagi manusia tentang sistim tata surya, walaupun ayat tersebut tidak
secara detail memberikan teori-teori tentang tata surya akan tetapi
penggambaran di dalamnya sudah cukup jelas dan dapat menjadi arahan bagi
menusia dalam meneliti dan memahami tentang sistim tata surya. Ayat-ayat
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
ولقد جعلنا فى السمآء بروجاوزيناها للنا ظرين (الحجر 16)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan
Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya)”[7]
Penjelasan ayat ini menurut tafsir al-Maraghi;
Sesungguhnya Kami telah menciptakan di langit bintang-bintang yang besar, baik
yang tetap maupun yang beredar, dan Kami jadikan dengan langit itu
bintang-bintangnya sebagai kegembiraan bagi orang yang memikirkannya dan
berulang-ulang memperhatikan berbagai keajaibannya yang nyata dan tanda-tanda
yang jelas, yang membingungkan orang yang memikirkan ketelitian pembuatannya
dan kekuasaan Pembuatnya.[8]
Dengan penjelasan tersebut, manusia dapat memahami bahwa sebenarnya
diciptakannya benda-benda langit tidak semata-mata sebagai pelengkap dalam
penciptaan jagad raya, akan tetapi mengandung sebuah pelajaran dan ilmu
pengetahuan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh manusisa apabila dia
memikirkan dan melakukan penelitian terhadap ciptaan Allah tersebut.
[1] M. Jalaluddin Al-Fandy, Al-Qur’an
Tentang Alam Semesta,(Jakarta: Bumi Aksara,1991), hal.5
[2] Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997), hal.10
[3] Ibid
[5] Qamaruddin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul,
(Bandung: Diponegoro, 1975), Cet. Ke-2, hal. 474
[6] Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu
Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997), hal.12
[8] A. Mustofa Al-Maraghi, terjemah tafsir
al-maraghi, jilid 14, (Semarang Toha
Putra, 1993), cet. Ke.2, hal.18
lumayan membantu..
BalasHapusthank's.. :)