Senin, 04 Februari 2013

Wahyu dan Akal Menuju Ilmu Pengetahuan


Wahyu dan Akal Menuju Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia. Isi dan kandungannya sangat relevan untuk kehidupan manusia sampai akhir zaman. Al-Qur’an tidak hanya berlaku untuk satu zaman saja akan tetapi berlaku sepanjang zaman sejak diturunkan sampai hari kiamat nanti.
Al-Qur’an secara general didefinisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.[1] Kitab suci al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalam Allah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal berkaitan dengan kehidupan manusia dari dunia sampai akhirat.
Al-Qur’an adalah bentuk ajaran Islam secara global, yang dijadiakn sebagai pegangan dan dasar pokok ajaran Islam.[2]  Umat Islam tentu meyakini betapa Al-Qur’an sangat lengkap dan relevan sebagai pedoman hidup bagi umat manusia sepanjang zaman. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dalam segala aspek kehidupan, di dalamnya terkandung ilmu dan mukjizat yang luar biasa, dan tidak ada tandingannya karena ia berisi firman-firman Allah SWT. Tidak ada keraguan dalam isi Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 2:
ذلك الكتاب لاريب فيه هدىللمتقين
Artinya: Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk begi mereka yang bertakwa.[3]
Di dalamnya terkandung pokok-pokok ajaran tentang ketuhanan, Rasul dan ajaran keagamaan. Al-Qur’an juga berbicara tentang kedudukan manusia di muka bumi serta petunjuk kearah ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan petunjuk utama bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Di dalamnya terkandung dasar-dasar hukum yang mengatur segala aspek kehidupan manusia.[4]  Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam baik yang berkaitan dengan makhluk hidup selain manusia maupun benda-benda tak bernyawa, serta mencintai ilmu penegetahuan. Sebagian isi kandungan al-Qur’an yang cukup  penting adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi umat Islam untuk meninggalkan upaya penelitian terhadap alam semesta.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam perlu difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap, bertindak maupun bertingkah laku.[5] Kaum muslimin harus mengetahui dan memahami isi dan kandungan al-Qur’an dan kemudian diinterpretasikan dalam kehidupan.
Untuk memahami isi al-Qur’an dibutuhkan kemampuan penalaran serta kecerdasan akal pikiran, dan semua itu telah dikaruniakan oleh Allah kepada manusia. Dengan akal tersebut manusia dapat memahami dan menginterpretasikan makna dan peraturan yang telah digariskan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an.
 Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan yang menjelaskan segala-galanya sebagaimana anggapan sebagian orang. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu sudah dijelaskan secara gamblang di dalam al-Qur’an. Anggapan ini bukan hanya keliru akan tetapi juga dapat menjerumuskan mereka sendiri. Karena di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang tidak memerlukan penafsiran akan tetapi juga terdapat ayat yang memerlukan penafsiran.
Al-Qur’an bukanlah kitab yang menjelaskan segala-galanya. Sebagian ayatnya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan keimanan, ibadah, kehidupan bermasyarakat dan ilmu pengetahuan dan fenomena alam, akan tetapi semua itu tidak dijelaskan secara mendetail sampai pada penjelasan sekecil-kecilnya. Manusia harus menggunakan akal yang telah dikaruniakan kepadanya untuk menelaah dan menafsirkan ayat untuk berbagai aspek sesuai dengan kandungan ayat.
Di dalam al-Qur’an disebutkan mengenai fenomena-fenomena alam akan tetapi tidak dijelaskan mengenai prosesnya secara gamblang dan terperinci. Mengenai proses merupakan tugas akal untuk memikirkan dan menganalisisnya.
Al-Qur’an mempunyai beberapa fungsi  sebanyak nama yang tertera di dalamnya sendiri, di antaranya seperti; al-Huda, al-Mau‘idah, al-Furqan, dan lain-lain.[6] Al-Qur’an harus difungsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsi yang tertera di dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Al-Qur’an telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi.[7] Al-Qur’an merupakan sumber petunjuk ke arah ilmu pengetahuan, termasuk ilmu tentang alam semesta. Namun penemuan mengenai ilmu pengetahuan sebagaimana petunjuk al-Qur’an hanya akan dapat tercapai dengan pengguanaan akal dan penalaran yang disertai dengan sikap kritis dan obyektif.
Sebagian dari ajaran Islam berkaitan dengan hukum yang mengendalikan dunia fisik dan upaya untuk menggunakan hasil penyelidikan ini bagi kemaslahatan manusia. Ajaran tersebut menekankan bahwa pemahaman yang lebih baik mengenai hukum-hukum Fisika dari alam semesta memberikan lebih banyak bukti guna menguatkan keimanan dan pemahaman akan sifat-sifat pencipta.
Ditegaskan dalam Firman Allah Surat al-Baqarah ayat 23:
وان كنتم في ريب مما نزلناعلىعبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا  شهدآءكم من دون الله ان كنتم صادقين
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.[8]

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari umat agar tidak terjadi kesenjangan antara norma-norma al-Qur’an dengan sikap dan tingkah laku umat/kaum muslimin pada umumnya.[9] Semua tatanan kehidupan dan pola hidup masyarakat Islam harus didasarkan pada al-Qur’an agar sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT.
Dalam al-Qur’an tidak terdapat satu ayat pun yang bertujuan melumpuhkan akal sehingga menghalangi seseorang untuk memikirkan maknanya. Tidak sedikit ayat al-Qur’an yang menganjurkan manusia  supaya berpikir merenungkan semua ciptaan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tidak ada sesuatu yang merintangi akal untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Bagi setiap muslim semua kemungkinan itu dijamin oleh al-Qur’an hal itu sama sekali tidak terdapat dalam kitab suci agam-agama lain.[10]  Al-Qur’an membuka pandangan, penalaran dan pemikiran manusia untuk memperhatikan dan memikirkan serta merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah pada ciptaan-Nya. Segala ciptaan-Nya merupakn gerbang menuju ilmu pengetahuan. Hal ini selalu ditegaskan oleh Allah dalam firman-firman-Nya, yaitu dengan kalimat “Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui(memahami)”[11] dan kalimat-kalimat lain yang serupa. Hal ini menunjukkan betapa di dalam setiap ciptaan-Nya terdapat ilmu yang sangat luas yang menunjukkan kekuasaan Allah.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dalam hal ini tidak pernah mencela dan menghambat umat-Nya untuk mempertinggi budayanya. Hanya saja dalam mengejar kebahagiaan dunia, jangan sampai melalaikan kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat dan mengingatkan kita agar tidak jatuh menjadi hamba materi.[12] Demikian pula sebaliknya dalam mengejar kebahagiaan akhirat tidak dibenarkan melalaikan kehidupan dunia.
  Ajaran Islam dan petunjuk Al-Qur’an adalah revolusi yang melahirkan ilmu dan pengetahuan serta pemberi keterangan jelas, yang mengobarkan pada diri manusia untuk mendayagunakan pikiran dan akal, mendapatkan petunjuk dengan berkreativitas dan bekerja, serta mengambil guna dari kebaikan-kebaikan alam.[13]
Sains (ilmu alam) dan juga ilmu-ilmu lain, yang telah berhasil dikuak oleh para ilmuwan, sesungguhnya secara general konsep-konsep utamanya telah tersurat dalam Al-Qur’an. Pada hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan menjadi pelopor yang memberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan.[14] Pada permulaan turunnya wahyu manusia di perintahkan untuk membaca, dengan membaca itulah manusia memasuki dunia ilmu pengetahuan karena dari membaca itulah manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
اقرأ باسم ربك الذي خلق
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.[15]
Ayat ini mengandung arti bahwa umat manusia agar menjadi umat yang unggul yang menguasai iptek sekaligus umat yang memelihara hubungannya dengan Allah (beriman).[16] Sejak awal mula diturunkan, sebenarnya Al-Qur’an sudah memberikan stimulan agar akal berpikir terpadu dengan dzikir kepada Allah.


[1] Sahirul Alim, Menguak Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam, (Yogyakarta: Titian Illahi Press,1998), hal.95
[2] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal. 14
[3]Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.3
[4] Darwis Hude, dkk, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), hal.2
[5] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.1
[6] Ibid., hal.3
[7] Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka Cipta,1992), hal. 1
[8] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.8
[9] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.16
[10] Darwis Hude, (dkk), Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), hal.7
[11] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.265
[12] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal.27
[13] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal.12
[14] M. Jamaluddin El-Fandy, Al-Qur’an Tentang Alam Semesta,(Terj. Abdul Bar Salim (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal.4
[15] Al-Qur’an Terjemah, (Semarang : Toha Putra, 1998), hal.1271
[16] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998),  hal.131

Tidak ada komentar:

Posting Komentar