Wahyu dan Akal Menuju Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
merupakan petunjuk bagi kehidupan manusia. Isi dan kandungannya sangat relevan
untuk kehidupan manusia sampai akhir zaman. Al-Qur’an tidak hanya berlaku untuk
satu zaman saja akan tetapi berlaku sepanjang zaman sejak diturunkan sampai
hari kiamat nanti.
Al-Qur’an secara general didefinisikan sebagai
sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad, yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya
merupakan amal ibadah.[1]
Kitab suci al-Qur’an diyakini oleh umat Islam sebagai kalam Allah
(firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman mengandung ajaran dan
petunjuk tentang berbagai hal berkaitan dengan kehidupan manusia dari dunia
sampai akhirat.
Al-Qur’an adalah bentuk ajaran Islam secara
global, yang dijadiakn sebagai pegangan dan dasar pokok ajaran Islam.[2] Umat Islam tentu meyakini
betapa Al-Qur’an sangat lengkap dan relevan sebagai pedoman hidup bagi umat
manusia sepanjang zaman. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dalam segala
aspek kehidupan, di dalamnya terkandung ilmu dan mukjizat yang luar biasa, dan
tidak ada tandingannya karena ia berisi firman-firman Allah SWT. Tidak ada
keraguan dalam isi Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah
ayat 2:
ذلك الكتاب لاريب فيه هدىللمتقين
Artinya: Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk begi mereka yang bertakwa.[3]
Di dalamnya terkandung pokok-pokok ajaran
tentang ketuhanan, Rasul dan ajaran keagamaan. Al-Qur’an juga berbicara tentang
kedudukan manusia di muka bumi serta petunjuk kearah ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan petunjuk utama bagi manusia
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Di dalamnya
terkandung dasar-dasar hukum yang mengatur segala aspek kehidupan manusia.[4] Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk
memperhatikan dan meneliti alam baik yang berkaitan dengan makhluk hidup selain
manusia maupun benda-benda tak bernyawa, serta mencintai ilmu penegetahuan.
Sebagian isi kandungan al-Qur’an yang cukup
penting adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi
umat Islam untuk meninggalkan upaya penelitian terhadap alam semesta.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam perlu
difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap, bertindak maupun bertingkah
laku.[5]
Kaum muslimin harus mengetahui dan memahami isi dan kandungan al-Qur’an dan
kemudian diinterpretasikan dalam kehidupan.
Untuk memahami isi al-Qur’an dibutuhkan
kemampuan penalaran serta kecerdasan akal pikiran, dan semua itu telah dikaruniakan
oleh Allah kepada manusia. Dengan akal tersebut manusia dapat memahami dan
menginterpretasikan makna dan peraturan yang telah digariskan oleh Allah SWT di
dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan yang
menjelaskan segala-galanya sebagaimana anggapan sebagian orang. Mereka
beranggapan bahwa segala sesuatu sudah dijelaskan secara gamblang di dalam
al-Qur’an. Anggapan ini bukan hanya keliru akan tetapi juga dapat menjerumuskan
mereka sendiri. Karena di dalam al-Qur’an terdapat ayat yang tidak memerlukan
penafsiran akan tetapi juga terdapat ayat yang memerlukan penafsiran.
Al-Qur’an bukanlah kitab yang menjelaskan
segala-galanya. Sebagian ayatnya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan
keimanan, ibadah, kehidupan bermasyarakat dan ilmu pengetahuan dan fenomena
alam, akan tetapi semua itu tidak dijelaskan secara mendetail sampai pada
penjelasan sekecil-kecilnya. Manusia harus menggunakan akal yang telah
dikaruniakan kepadanya untuk menelaah dan menafsirkan ayat untuk berbagai aspek
sesuai dengan kandungan ayat.
Di dalam al-Qur’an disebutkan mengenai
fenomena-fenomena alam akan tetapi tidak dijelaskan mengenai prosesnya secara
gamblang dan terperinci. Mengenai proses merupakan tugas akal untuk memikirkan
dan menganalisisnya.
Al-Qur’an mempunyai beberapa fungsi sebanyak nama yang tertera di dalamnya
sendiri, di antaranya seperti; al-Huda, al-Mau‘idah, al-Furqan, dan
lain-lain.[6]
Al-Qur’an harus difungsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsi yang
tertera di dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Al-Qur’an telah menambahkan
dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagad raya dan membantu pikiran
manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari alam materi.[7]
Al-Qur’an merupakan sumber petunjuk ke arah ilmu pengetahuan, termasuk ilmu
tentang alam semesta. Namun penemuan mengenai ilmu pengetahuan sebagaimana
petunjuk al-Qur’an hanya akan dapat tercapai dengan pengguanaan akal dan
penalaran yang disertai dengan sikap kritis dan obyektif.
Sebagian dari ajaran Islam
berkaitan dengan hukum yang mengendalikan dunia fisik dan upaya untuk
menggunakan hasil penyelidikan ini bagi kemaslahatan manusia. Ajaran tersebut
menekankan bahwa pemahaman yang lebih baik mengenai hukum-hukum Fisika dari
alam semesta memberikan lebih banyak bukti guna menguatkan keimanan dan
pemahaman akan sifat-sifat pencipta.
Ditegaskan dalam Firman Allah Surat al-Baqarah
ayat 23:
وان كنتم في ريب مما نزلناعلىعبدنا فأتوا بسورة من مثله وادعوا شهدآءكم من دون الله ان كنتم صادقين
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.[8]
Al-Qur’an sebagai kitab suci
umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari umat agar tidak
terjadi kesenjangan antara norma-norma al-Qur’an dengan sikap dan tingkah laku
umat/kaum muslimin pada umumnya.[9]
Semua tatanan kehidupan dan pola hidup masyarakat Islam harus didasarkan pada
al-Qur’an agar sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah SWT.
Dalam al-Qur’an tidak terdapat
satu ayat pun yang bertujuan melumpuhkan akal sehingga menghalangi seseorang
untuk memikirkan maknanya. Tidak sedikit ayat al-Qur’an yang menganjurkan
manusia supaya berpikir merenungkan
semua ciptaan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tidak ada sesuatu yang
merintangi akal untuk memperoleh tambahan ilmu pengetahuan seluas-luasnya dan
sedalam-dalamnya. Bagi setiap muslim semua kemungkinan itu dijamin oleh
al-Qur’an hal itu sama sekali tidak terdapat dalam kitab suci agam-agama lain.[10] Al-Qur’an membuka pandangan, penalaran dan
pemikiran manusia untuk memperhatikan dan memikirkan serta merenungkan
tanda-tanda kekuasaan Allah pada ciptaan-Nya. Segala ciptaan-Nya merupakn
gerbang menuju ilmu pengetahuan. Hal ini selalu ditegaskan oleh Allah dalam
firman-firman-Nya, yaitu dengan kalimat “Sesungguhnya telah Kami jelaskan
tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui(memahami)”[11]
dan kalimat-kalimat lain yang serupa. Hal ini menunjukkan betapa di dalam
setiap ciptaan-Nya terdapat ilmu yang sangat luas yang menunjukkan kekuasaan
Allah.
Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup, dalam hal ini tidak pernah mencela dan menghambat umat-Nya untuk
mempertinggi budayanya. Hanya saja dalam mengejar kebahagiaan dunia, jangan
sampai melalaikan kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat dan mengingatkan
kita agar tidak jatuh menjadi hamba materi.[12]
Demikian pula sebaliknya dalam mengejar kebahagiaan akhirat tidak dibenarkan
melalaikan kehidupan dunia.
Ajaran Islam dan petunjuk Al-Qur’an adalah revolusi yang melahirkan ilmu
dan pengetahuan serta pemberi keterangan jelas, yang mengobarkan pada diri
manusia untuk mendayagunakan pikiran dan akal, mendapatkan petunjuk dengan
berkreativitas dan bekerja, serta mengambil guna dari kebaikan-kebaikan alam.[13]
Sains (ilmu alam) dan juga
ilmu-ilmu lain, yang telah berhasil dikuak oleh para ilmuwan, sesungguhnya
secara general konsep-konsep utamanya telah tersurat dalam Al-Qur’an. Pada
hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu
pengetahuan, dan menjadi pelopor yang memberi kedudukan terhormat kepada ilmu
pengetahuan.[14]
Pada permulaan turunnya wahyu manusia di perintahkan untuk membaca, dengan
membaca itulah manusia memasuki dunia ilmu pengetahuan karena dari membaca
itulah manusia memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman:
اقرأ باسم ربك الذي خلق
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang menciptakan.[15]
Ayat ini mengandung arti bahwa umat manusia agar
menjadi umat yang unggul yang menguasai iptek sekaligus umat yang memelihara
hubungannya dengan Allah (beriman).[16]
Sejak awal mula diturunkan, sebenarnya Al-Qur’an sudah memberikan stimulan agar
akal berpikir terpadu dengan dzikir kepada Allah.
[1] Sahirul Alim, Menguak Keterpaduan Sains
Teknologi dan Islam, (Yogyakarta: Titian Illahi Press,1998), hal.95
[2] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab
Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal. 14
[5] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ
Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.1
[6]
Ibid., hal.3
[7]
Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka
Cipta,1992), hal. 1
[9] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ
Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.16
[12] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab
Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal.27
[13] Wahbah az-Zuhaili, Al-Qur’an Menjawab
Tantangan Zaman (Jakarta : Muttaqim, 2002), hal.12
[14] M. Jamaluddin El-Fandy, Al-Qur’an
Tentang Alam Semesta,(Terj. Abdul Bar Salim (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
hal.4
[16] Tim Perumus Fakultas Teknik UMJ
Jakarata, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta:Raja Grafindo persada,1998), hal.131
Tidak ada komentar:
Posting Komentar